Jumat, 11 Juli 2014

Mendamaikan Idealisme Diri dan Kenyataan Hidup

Terkadang dalam hidup ini, kita harus belajar untuk mendamaikan antara idealisme dan kenyataan..

atau mengambil pilihan mewujudkan idealismemu menjadi kenyataan dg segala konsekuensinya..

Namun sesiap apa diri ini berani mengambil pilihan tersebut, tergantung dari tingginya sikap dewasa dan bijaksana dalam diri..

banyak pelajaran hidup yang kita dapatkan soal idealisme dan kenyataan setelah kita berada di dunia nyata yg sebenarnya..

Kita akan belajar berdamai dengan diri sendiri, saat idealisme yang selama ini kita yakini tidak bisa diterapkan di kehidupan nyata..

Kita akan mengerti bahwa orang yang tidak bisa mengikuti idealismenya bukan berarti munafik..

Mereka yang terpaksa meninggalkan idealismenya bisa jadi sedang menghadapi ujian terberat dalam kehidupan mereka..

Dan tidak sepantasnya kita menghakiminya..

Akhirnya kita akan sadar bahwa impian-idealisme itu tidak bisa sekedar dipetik dari pohon..

Butuh kerja keras dan kemampuan untuk bisa mewujudkannya..

Pengalaman hidup yg selama ini akan membuatmu jadi pribadi yang lebih bijak mengatur diri..

Kalau untuk mendapatkan Rezeki kita perlu bersusah payah, sepatutnya uang yang kita hasilkan dr bekerja digunakan untuk hal yang lebih berharga dari sekedar hura-hura dan pamer..

Ditengah jam kerja yang panjang, sering lembur, gaji juga biasa-biasa aja kita akan bersyukur sudah bisa punya kehidupan yang nyaman..

Di usia ini kita akhirnya sadar bahwa bisa hidup berkecukupan sudah pantas disyukuri.

Kita tidak lagi perlu mempertontonkan kekayaanmu, justru kita ingin belajar untuk hidup bersahaja dan memberikan banyak kemanfaatan bagi sesama.

Ada kalanya kita akan kehilangan teman, karena sudah tidak lagi sering berhubungan..

Kita akhirnya sadar bahwa hubungan pertemanan butuh usaha dari semua pihak..

Dan memang, ada beberapa ikatan yang tertakdirkan longgar lalu hilang..

Kita mulai memahami bahwa tidak ada perkawanan yang layak diperlakukan seenaknya..

Secara rutin kita akan menanyakan kabar teman-teman, menyapa mereka ditengah kesibukan mereka..

Ketika ada anggota keluarga yang kita kasihi harus pergi selamanya dari hidup kita.. Kita akan jatuh, sedih.

Namun pada ujungnya, kita akan sadar bahwa keluarga pantas jadi prioritasmu nomor 1, sebelum kamu kecewa karena mereka pergi lebih dulu.

Sudah tidak ada lagi drama-drama nggak penting dalam hidup ini..

Semakin dewasa, kita akan semakin belajar menghadapi semuanya dengan kepala dingin.

Rasionalitas mengalahkan emosi dan egoisme..

Hidup ini sudah cukup melelahkan dengan segala rutinitasnya, kita hanya ingin punya hidup yang tenang dan terkendali..

Pada akhirnya kita belajar tentang hal yang tertakdirkan..

Kita tidak lagi keras kepala atas apa yang kita kehendaki..

Jika dulu kamu akan ngotot sampai keinginanmu terpenuhi, sekarang kamu akan lebih menerima jika ada hal yang tidak berjalan sesuai rencanamu.

Kamu yakin, bahwa ada hal-hal yang memang tertakdirkan dan pasti terjadi..

Sementara beberapa hal lain, yang tidak tertakdirkan, sepatutnya diikhlaskan saja..

Kita mulai mempercayai kekuatan besar diluar diri kita yang jadi penentu penting kemana hidup kita akan berjalan..

Demi menciptakan ketenangan dalam diri, kita akan mendekatkan diri pada Sang Maha Besar itu lewat berbagai cara..

Yaamuqalibalquluub tsabilqolbi 'aladinik..

hmm.. rasanya aku sering tersesat dijalan yg bernama kehidupan..